Pages

Tembang Apik

Amazing Borobudur

31.7.13
 
Borobudur adalah nama sebuah Candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Budha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratata sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kamadhatu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di  Indonesia tidak diketahui.Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.

Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha dan Hindu di kawasan ini. Pada masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi Buddha lainnya yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis lurus. Awalnya diduga hanya suatu kebetulan, akan tetapi berdasarkan dongeng penduduk setempat, dulu terdapat jalan berlapis batu yang dipagari pagar langkan di kedua sisinya yang menghubungkan ketiga candi ini. Tidak ditemukan bukti fisik adanya jalan raya beralas batu dan berpagar dan mungkin ini hanya dongeng belaka, akan tetapi para pakar menduga memang ada kesatuan perlambang dari ketiga candi ini. Ketiga candi ini (Borobudur-Pawon-Mendut) memiliki kemiripan langgam arsitektur dan ragam hiasnya dan memang berasal dari periode yang sama yang memperkuat dugaan adanya keterkaitan ritual antar ketiga candi ini. Keterkaitan suci pasti ada, akan tetapi bagaimanakah proses ritual keagamaan ziarah dilakukan, belum diketahui secara pasti.


PERISTIWA KEAGAMAAN

Setelah pemugaran besar-besaran pada 1973 yang didukung oleh UNESCO, Borobudur kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha. Sekali setahun pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha di Indonesia memperingati hari suci Waisak, hari yang memperingati kelahiran, wafat, dan terutama peristiwa pencerahan Siddhartha Gautama yang mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi menjadi Buddha Shakyamuni. Waisak adalah hari libur nasional di Indonesia dan upacara peringatan dipusatkan di tiga candi Buddha utama dengan ritual berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Pawon dan prosesi berakhir di Candi Borobudur.

RELIEF CANDI BOROBUDUR

Relief Borobudur menampilkan banyak gambar; seperti sosok manusia baik bangsawan, rakyat jelata, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan, serta menampilkan bentuk bangunan vernakular tradisional Nusantara. Borobudur tak ubahnya bagaikan kitab yang merekam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa kuno. Banyak arkeolog meneliti kehidupan masa lampau di Jawa kuno dan Nusantara abad ke-8 dan ke-9 dengan mencermati dan merujuk ukiran relief Borobudur. Bentuk rumah panggung, lumbung, istana dan candi, bentuk perhiasan, busana serta persenjataan, aneka tumbuhan dan margasatwa, serta alat transportasi, dicermati oleh para peneliti. Salah satunya adalah relief terkenal yang menggambarkan Kapal Borobudur. Kapal kayu bercadik khas Nusantara ini menunjukkan kebudayaan bahari purbakala. Replika bahtera yang dibuat berdasarkan relief Borobudur tersimpan di Museum Samudra Raksa yang terletak di sebelah utara Borobudur.

Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuno yang berasal dari bahasa Sanskerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.

Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan pagar langkan candi adalah sebagai berikut.


ARCHA BUDHA

Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi teratai serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Patung buddha dengan tinggi 1,5 meter ini dipahat dari bahan batu andesit.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung, baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu. Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).

Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.

Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:


begitu menakjubkannya Candi Borobudur, Bangunan megah dan rumit yang direalisasikan pada zaman kerajaan. megah keindahannaya sampai luar negri. 



Candi Borobudur difoto dari putuk situmbu, Dusun Kurahan
Desa Karang Rejo, Magelang


Borobudur salah satu pintu surga pemandangan

Read more ...

Energy Wayang Orang

29.7.13
   

    Wayang Orang atau Wayang Wong (Bahasa Jawa) merupakan kesenian yang menghadirkan orang sebagai pemeran dari tokoh - tokoh pewayangan.

     Seni drama tari ini mengambil cerita Ramayana & Mahabarata sebagai induk ceritanya. Pada awal mulanya sektar abad ke - 18, semua penari wayang orang adalah penari pria, tidak ada penari wanita. jadi seperti ludruk di Jawa Timur.

     
Jenis kesenian ini pada mulanya berkembang terutama di lingkungan kraton dan kalangan para priyayi (bangsawan) Jawa (R.M Soedarsono:1984,1990:4). 
Sebutan Wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bayangan.Seni pertunjukkan Wayang Wong pada masing-masing daerah memiliki gaya tersendiri, baik Surakarta maupun Yogyakarta (Winoto, 2006,: Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari di Surakarta).
Wayang Wong Sriwedari salah satu bentuk pertunjukan kesenian tradisional yang diperankan oleh para seniman yang sangat piawai memainkan berbagai tokoh cerita. Pengunjung akan disajikan cerita wayang berdasarkan kisah Mahabarata dan Ramayana yang mengandung pesan moral dan tertanam dalam jika masyarakat lokal. Kesenian yang termasuk langka ini dengan setting panggung yang eksotis kita akan menikmati suasana pertunjukan yang unik.


      Wayang Wong Sriwedari merupakan sebuah organisasi sosial yang terdiri dari beberapa pekerja seni yang mempunyai bekal dan keahlian berbeda-beda. Keahlian para pekerja seni wayang orang di antaranya: sutradara, penari, pengrawit, dalang, pinata cahaya, dan kru pertunjukan. Pekerja seni mempunyai tujuan bersama yakni mencapai kualitas sajian atau keberhasilan dalam mempergelarkan sebuah sajian wayang orang. Wayang Wong Sriwedari mempunyai beberapa direktur artistik. Direktur artistik Wayang Wong Sriwedari adalah sutradara, dalang atau pimpinan karawitan, serta pimpinan panggung. Sutradara bertugas memberi pengarahan kepada pekerja seni lainnya, dan memiliki tanggung jawab artistik maupun tehnik pementasan. Sutradara Wayang Wong Sriwedari lebih banyak memusatkan perhatian pada alur cerita, memilih pemain untuk berperan dalam cerita (mengatur casting), dan menuangkan garapannya kepada seluruh pendukung pementasan. Sutradara biasanya menentukan peran berdasarkan olah tari, olah vocal, maupun pengetahuan tentang sastra pewayangan, karawitan, dan gandar (Sutarno Haryono, 1998:13-14).

    Wayang Wong Sriwedari adalah sebuah kelembagaan kesenian, komersial milik Keraton Kusunanan Surakarta yang didirikan sekitar tahun 1910 untuk melengkapi fasilitas hiburan yang ada di taman Sriwedari atau Kebon raja, suatu kawasan yang berada di tengah-tengah kota Surakarta yang ditata sedemikian unik dan menarik, lengkap dengan flora dan fauna serta dilengkapi sajian hiburan klasik, film dan jenis hiburan lainnya serta rumah makan. Khusus taman Sriwedari dibangun oleh R.A.A Sasdiningrat (pepatih dalem) atas perintah Sri Susuhunan Paku Buwono X.
Pendiri pertama Wayang Wong adalah Adipati Mangku Negara I (Sultan Hamengku Buwana I) tahun 1757 – 1795 abad XVIII. Wayang Wong Sriwedari sebetulnya kesenian khas Jogja namun di kembangkan di kota Surakarta.

Jadi Wayang Orang sebagai satu kesenian unik yang dimiliki bangsa Indonesia meruapakan suatu aset berharga.


jangan berusaha mengubah identitas diri karna kita adalah bangsa yang besar

-Sesuatu yang unik itu pasti tinggi nilainya-


Read more ...