Campursari pertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan memasukkan keyboard
ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir dekade 1980-an melalui
kelompok gamelan "Maju Lancar". Kemudian secara pesat masuk unsur-unsur
baru seperti langgam Jawa (keroncong) serta akhirnya dangdut. Pada dekade 2000-an telah dikenal bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut.
Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung
kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari
merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.
Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika
berusia 16 tahun, Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan
utamanya adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili bakatnya. Namun,
pada tahun 1969 dia bergabung dengan orkes keroncong Bintang Jakarta
pimpinan Budiman BJ. Kemudian, pada tahun tahun 1976, Manthous yang juga
piawai bermain bas mendirikan grup band Bieb Blues berciri funky rock
bersama dengan Bieb anak Benyamin S. Bieb Blues bertahan hingga tahun
1980. Kemudian, Manthous bergabung dengan Idris Sardi, dalam grup
Gambang Kromong Benyamin S. Selain itu, sebelumnya ia pernah juga
menjadi pengiring Bing Slamet ketika tampil melawak dalam Grup Kwartet
Jaya.
Kelihatannya semua pengalaman inilah yang membuat Manthous menguasai
aliran musik apa pun. Dalam khazanah dangdut, bahkan, dia juga menjadi
panutan karena mampu mencipta trik-trik permainan bas, yang kemudian
ditiru oleh para pemain bas dangdut sekarang.
Pada tahun 1993, Manthous mendirikan Grup Musik Campursari Maju
Lancar Gunung Kidul. Garapannya menampilkan kekhasan campursari dengan
langgam-langgam Jawa yang sudah ada. Ada warna rock, reggae, gambang
kromong, dan lainnya. Ada juga tembang Jawa murni seperti Kutut
Manggung, atau Bowo Asmorondono, dengan gamelan yang diwarnai keyboard
dan gitar bas. Bersama grup musik yang berdiri tahun 1993 dan
beranggotakan saudara atau rekan sedaerah di Playen, Gunungkidul,
Yogyakarta itu, Manthous menyelesaikan sejumlah volume rekaman di
Semarang. Omzet penjualan mencapai 50.000 kaset setiap volume, tertinggi
dibanding kaset langgam atau keroncong umumnya pada tahun-tahun
pertengahan 1990-an.Di samping menyanyi sendiri dalam kegiatan rekaman
itu Manthuos juga menampilkan suara penyanyi Sulasmi dari Sragen, Minul
dari Gunungkidul, dan Sunyahni dari Karanganyar. Beberapa lagunya yang
populer di antaranya Anting-anting, Nyidamsari, Gandrung, dan Kutut
Manggung. Namun, karya besarnya yang banyak dikenal oleh orang Indonesia
adalah Getuk yang pertama kali dipopulerkan oleh Nurafni Octavia.
Sampai sebelum akhirnya terkena serangan stroke, Manthous bersama Grup
Campursari Maju Lancar Gunungkidul menjadi kiblat bagi para pencinta
lagu-lagu langgam Jawa dan campursari.
DIDI KEMPOT
Didi Prasetyo, atau lebih dikenal dengan Didi Kempot, adalah tokoh
campursari pasca-Manthous. Didi Kempot yang lahir di Solo, 31 Desember
1966, itu hanya jebolan kelas II SMA. Awalnya anak dari Ranto Eddy
Gudel, pelawak terkenal dari Solo itu adalah seorang pengamen. Dari
dunia "jalanan" itulah, lahir lagu-lagunya yang kemudian menjadi hit,
seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Tulung, Cucak Rowo,
Wen-Cen-Yu, Yang Penting Hepi, dan Moblong Moblong. Khusus untuk Cucak
Rowo, sebenarnya lagu ini merupakan remake atau pembuatan ulang dari lagu lama di Indonesia.
Saat ini, nama Didi Kempot sangat terkenal dan selalu dikaitkan
dengan langgam Jawa dan Campursari. Didi tidak hanya terkenal di
Indonesia, tetapi juga Suriname dan Belanda. Di kalangan masyarakat Jawa
atau keturunan Jawa, dia dianggap sebagai superstar. Bahkan,
ketikaPresiden Suriname, Weyden Bosch datang berkunjung ke Indonesia
pada tahun 1998, beliau mengundang Didi secara pribadi. Berkat
dedikasinya kepada musik dan lagu berwarna langgam Jawa, oleh warga Jawa
di Belanda, dia kemudian diberi gelar Penyanyi Jawa Teladan.
Album pertama Didi muncul pada tahun 1999. Di dalamnya terdapat lagu
Cidro dan Stasiun Balapan. Semula tidak ada seorang pun pedagang kaset
yang melirik karyanya. Mungkin karena warna musiknya yang lain, dan
gayanya yang edan, dibandingkan lagu Manthous dan Anjar Any yang sedang
populer di tahun 1990-an. Namun, kemudian, album pertamanya ternyata
meledak di pasaran. Sejak saat itu, Didi mulai merasa yakin untuk
menekuni tembang-tembang Jawa. Adik dari pelawak Mamiek Prakosa ini
kemudian menjadi salah satu ikon dari campur sari. Tawaran untuk membuat
album pun datang dengan deras, bahkan dia pernah membuat 12 album
sekaligus dalam satu tahun.
Berikut lagu-lagu campur sari yang populer :
Berikut lagu-lagu campur sari yang populer :
- Didi Kempot - Jambu Alas
- Didi Kempot - Bojo Loro
- Didi Kempot - Tanjung Mas Ninggal Janji
- Ki Narto Sabdo - Perahu Layar
- Manthous - Gethuk
- Manthous - Esemmu
- Manthous - Tak Eling - Eling
- Manthous - Kempling
- Manthous - Bengawan sore
- Manthous - Tahu opo Tempe
- Cak Diqin - Langit Mendung Kutho Ngawi
- Cak Diqin - Mblebes
- Campur Sari Sangga Buana - Gambyong Mari Kangen
- Campur Sari Sangga Buana - Meh Rahino
- Nurhana - Jawa Bali Kumpul
- Nurhana - Caping Gunung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar